http://www.emailcashpro.com

Tuesday, May 25, 2010

Share#68 : Air Mata Rasulullah SAW

sepertinya tidak akan pernah rasa jemu membaca kisah ini…

untuk mengingatkan kita...yg semakin lupa….

---------------------------



Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan
salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya.
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan

dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata

dan bertanya pada Fatimah,

"Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,"

tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang
menggetarkan.
Seolah-olah bagian demi bagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang

memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya.



Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa
Jibril

tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas
langit dunia

menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?", tanya Rasululllah
dengan

suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.

Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh
kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah
berfirman kepadaku:
Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di
dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.
Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah
bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang.
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.", Perlahan Rasulullah
mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan
Jibril memalingkan muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?"
Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata
Jibril

.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak
tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini
kepadaku,
jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak
lagi.


Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera
mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum"
= "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling
berpelukan.
Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan
telinganya

ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii!"
="Umatku, umatku, umatku"

Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.
Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allaahumma sholli 'alaa Muhammad wa baarik wa sallim 'alaihi.
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

NB:
Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya
agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya,
seperti Allah dan RasulNya mencintai kita.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka. Amin...

Usah gelisah apabila dibenci manusia karena masih banyak yang
menyayangimu di dunia,
tapi gelisahlah apabila dibenci Allah karena tiada lagi yang mengasihmu
di akhirat.

No comments: